Sabtu, 29 Desember 2012

Energi Biomassa Sebagai Energi Alternatif Yang Menakjubkan


 LATAR BELAKANG

Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami krisis energi. Ini disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketahui, bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui.Untuk mengatasi krisis energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai dikembangkan, salah satunya adalah energi biomassa.Pada awalnya, biomassa dikenal sebagai sumber energi ketika manusia membakar kayu untuk memasak makanan atau menghangatkan tubuh pada musim dingin. Kayu merupakan sumber energi biomassa yang masih lazim digunakan tetapi sumber energi biomassa lain termasuk bahan makanan hasil panen, rumput dan tanaman lain, limbah dan residu pertanian atau pengolahan hutan, komponen organik limbah rumah tangga dan industri, juga gas metana sebagai hasil dari timbunan sampah. Sebagai bahan bakar, biomassa perlu diolah terlebih dahulu agar dapat dengan mudah dipergunakan. Proses ini dikenal sebagai konversi biomassa. Beberapa proses tersebut adalah dengan mengubah biomassa menjadi briket sehingga mudah disimpan, diangkut, dan mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam. Jenis konversi lain adalah mengubah biomassa melalui proses kimia dan fisika seperti anaerobic digestion (peruraian tanpa bantuan oksigen) yang menghasilkan gas metana, pirolisis (dekomposisi menggunakan panas) yang menghasilkan produk bahan bakar padat berupa karbon dan produk lain berupa karbon dioksida dan metana.


PENGERTIAN ENERGI BIOMASSA

Produksi energi di masa depan memang tidak bisa dipastikan karena kita tidak benar-benar tahu kapan cadangan bahan bakar fosil, gas, batubara atau minyak akan habis. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencari cara-cara alternatif untuk menghasilkan sumber energi yang berlanjutan. Sumber energi terbarukan merupakan alternatif yang baik bagi energi dari bahan bakar fosil, tetapi sebagian besar teknologi produksinya (yaitu fotovoltaik dan turbin angin) masih relatif mahal. Salah satu dari sedikit pengecualiannya adalah biomassa. Dari awal sejarah manusia, biomassa telah digunakan untuk menghasilkan panas dengan membakar bahan bakunya seperti kayu atau jerami.

Dengan lahirnya revolusi industri, timbul banyak perubahan di masyarakat yang menyebabkan kenaikan tingkat konsumsi energi. Selain itu, dengan adanya revolusi industri, metode produksi yang dipakai telah menghasilkan jumlah limbah energi yang signifikan (misalnya panas) yang idealnya bisa digunakan untuk tujuan lain. Sebagai contoh, di bidang industri pertanian, yang ada di hampir seluruh bagian dunia, sejumlah input digunakan selama budidaya seperti pestisida, rekayasa bibit,  penggunaan traktor dll. Semua input produksi ini memerlukan sejumlah besar energi dan pastinya mengkonsumsi minyak dalam jumlah yang besar. Dalam hal energi biomassa, untuk menghasilkan energi bisa digunakan berbagai macam bahan bakar, contohnya adalah tanaman dengan potensi produksi energi yang tinggi seperti jagung dan kedelai, serbuk gergaji, kotoran ternak, limbah padat perkotaan dll. 
Dengan demikian, mengingat situasi dewasa ini, mungkin telah tiba saatnya bagi kita untuk kembali memanfaatkan energi biomassa yang telah dilengkapi dengan kebijaksanaan yang kita asah selama berabad-abad dalam hal produksi energi, dan mulai menggunakan lagi apa yang selama ini kita anggap sebagai limbah untuk mengubahnya menjadi energi yang berguna.
 

Keberlanjutan biomassa terletak pada kenyataan bahwa jenis energi ini tidak membebani lingkungan dengan emisi tambahan CO2 karena jumlah yang dilepaskan selama penggunaannya sebagai bahan bakar dapat diserap kembali hanya dengan penanaman kembali tanaman jenis tersebut. Pada bahan bakar fosil, CO2 ditangkap dan disimpan jutaan tahun yang lalu, sehingga ketika dirilis kembali seperti sekarang ini, ia memiliki dampak negatif pada lingkungan.

 KESIMPULAN 

Fakta bahwa tanaman biomassa tertentu (misalnya jagung) tumbuh kembali dalam waktu singkat bisa menjamin keberlangsungan penyediaannya. Apalagi jika suatu negara atau suatu wilayah di dunia menghadapi kekurangan pasokan biomassa (yang bisa terjadi jika wilayah ini memiliki spesialisasi dalam satu jenis produksi energi biomassa), pasokan dapat diperoleh dari tetangganya.

Selain itu, ada banyak tanaman yang secara khusus bisa digunakan untuk produksi energi, seperti thistle, miskantus, willow atau poplar. Mereka memanfaatkan energi surya lebih efisien daripada tanaman pangan (yaitu gandum dan jagung) dan mereka dapat dibudidayakan dalam kondisi cuaca yang buruk dan di tanah tandus. Sebagai kesimpulan, ada banyak keuntungan dalam memproduksi energi dari biomassa dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar fosil untuk produksi energi. Terutama mengingat bahwa bahan bakar fosil merupakan sumber utama bagi polusi lingkungan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar